Abu Salafy mengkritik kitab Kasyfu As-Syubhaat karya Muhammad bin Abdul Wahhaab yang menjelaskan di awal kitab tersebut bahwasanya orang-orang musyrik yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui bahwasanya Allah satu-satunya yang menciptakan alam semesta ini, yang memberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan.
Ustadz Abu Salafy berkata ((Kaum Musyrikun tidak beriman dengan sebagian Tauhid Rububiyyah, tidak juga beriman dengan tauhid Uluhiyyah (penyembahan kepada Allah). Semua mengetahui bahwa kaum musyrikun menyembah berhala-berhala dan arca-arca. Apa yang mereka lakukan tidak terbatas hanya pada memohon syafa’at kepada arca-arca tersebut. Bahkan seperti disebutkan sebagian ulama pernyataan kaum Musyrikun yang mengakui Rububiyyah (Tauhid dalam Pencipta) itupun disampaikan dengan tujuan membela diri tanpa konsistensi dalam meyakini dan menjalankannya. Atau keyakinan seperti itu hanya diyakini oleh sebagian mereka saja, tidak seluruh mereka, terbukti bahwa di antara mereka ada yang sama sekali tidak percaya Tuhan dan tidak percaya adanya hari kebangkitan))(lihat : http://abusalafy.wordpress.com/2008/04/22/kasyf-asy-sybuhat-doktrin-takfir-paling-ganas-14/)
Abu Salafy juga berkata :((Di sini ia (Muhammad bin Abdil Wahhaab-red) hanya menyebut ayat-ayat yang menunjukkan kepercayaan global kaum Musyrikûn bahwa Allah Pencipta dan Pemberi rizki. Sementara itu pernyataan mereka itu bisa saja mereka sampaikan dalam rangka membela diri di hadapan hujatan tajam Al Qur’an, bukan muncul dari i’tiqâd dan keimanan. Sebab jika benar keyakinan mereka itu, pastilah meniscayakan mereka menerima keesaan Allah dan karasulan Nabi Muhammad saw. serta konsistensi dalam menjalankan berbagai ibadah yang diajarkannya. Karenanya, Allah SWT memerintah Nabi-Nya agar mengingatkan mereka akan konsekuansi dari apa yang mereka nyatakan itu; Maka katakanlah: ”Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).” dan. Katakanlah: ”(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu.”?!
Seakan Allah SWT mengecam mereka bahwa mereka bebohong dalam apa yang mereka nyatakan dengan lisan mereka! Dan sesungguhnya mereka tidak beriman kepada Allah sebagai Dzat Maha Pencipta, Khâliq, Maha Pemberi rizki, Râziq. Sementara pada waktu yang sama mereka juga tidak dapat memngatakan bahwa berhala-berhala sesembahan mereka itulah yang menciptakan langit dan bumi.
Demikian sebagian ulama Islam memahami ayat-ayat di atas. Dan andai pemahaman di atas ini tidak disetujui dan dianggap lemah, dan apa yang dinyatakan kaum Musyrikûn itu adalah sesuai apa yang mereka yakini, maka perlu diketahui bahwa sekadar mengimani Allah sebagai Dzat Maha Pencipta, Khâliq, Maha Pemberi rizki, Râziq tidaklah cukup alasan dikelompokkan sebagai kaum beriman jika mereka menyembah selain Allah SWT. seperti yang dilakukan kaum Musyrikûn)) (lihat http://abusalafy.wordpress.com/2008/02/25/kitab-kasyfu-asy-sybubuhat-doktrin-takfir-wahhabi-paling-ganas3/)
Para pembaca yang budiman, dari penggalan-penggalan perkataan ustadz Abu Salafy di atas kita bisa melihat dengan sangat jelas bahwasanya sang ustadz meragukan bahwasanya kaum musyrikin mengakui bahwasanya Allah-lah yang menciptakan alam semesta dan memberi rizqi kepada mereka. Dan sang ustadz mentakwilkan seluruh ayat dalam Al-Qur’an -yang menyebutkan tentang pengakuan kaum musyrikin tersebut- kepada makna bahwasanya pengakuan tersebut hanyalah kebohongan yang diucapkan kaum musyrikin untuk berkilah saja.
Untuk mendukung pemahamannya ini sang ustadz membawakan firman Allah yaitu :
وَ إِذا قيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمنِ قالُوا وَ مَا الرَّحْمنُ أَ نَسْجُدُ لِما تَأْمُرُنا وَ زادَهُمْ نُفُوراً
“Dan apabila dikatakan kepada mereka:” Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang”, mereka menjawab:” Siapakah yang Maha Penyayang itu Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya )”, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman ).” (QS. Al Furqan [25];60
Ustadz Abu Salafy berkata : ((Bahkan dzahir dari ayat di atas ini jelas sekali bahwa mereka tidak mau sujud selain kepada arca dan berhala mereka, dan hanya berhala-berhala itu yang mereka yakini sebagai tuhan dan tiada tuhan selainnya!)) (lihat http://abusalafy.wordpress.com/2008/02/24/kitab-kasyfu-asy-sybubuhat-doktrin-takfir-wahhabi-paling-ganas2/)
Dan untuk semakin menegaskan kebenaran pemahaman ini maka sang ustadz Abu Salafy mengatakan bahwasanya ini adalah pemahaman sebagian ulama Islam.
Maka pada kesempatan kali ini saya ingin mengajak para pembaca yang budiman untuk melihat perkataan para mufassirin tentang ayat-ayat tersebut, apakah sebagaimana yang dipahami oleh ustadz Abu Salafy??!!
PERKATAAN SAHABAT DAN PARA TABIIN :
Ibnu Jarir At-Thobari -Imamnya para ahli tafsir- dalam tafsirnya (Jaami’ul Bayaan ‘an takwiil Aayi Al-Qur’aan tatkala menafsirkan surat Yusuf ayat 106), beliau berkata :
((Perkataan tentang penafsiran firman Allah “Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah kecuali mereka berbuat kesyirikan” (QS Yusuf : 106)
Allah berkata : Dan tidaklah kebanyakan mereka –yaitu yang telah disifati oleh Allah dengan firmanNya وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ “Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya” (QS Yusuf : 105)- mengakui bahwasanya Allah pencipta mereka, pemberi rizki kepada mereka, dan pencipta segala sesuatu melainkan mereka berbuat kesyirikian kepada Allah dalam peribadatan mereka kepada patung-patung dan arca-arca dan menjadikan selain Allah sebagai tandingan bagi Allah dan persangkaan mereka bahwasanya Allah memiliki anak. Maha tinggi Allah dari apa yang mereka ucapkan.
Dan para ahli tafsir berpendapat seperti pendapat kami ini)) (Tafsir At-Thobari 13/372)
Setelah itu Imam Ibnu Jarir At-Thobari menyebutkan perkataan para ahli tafsir dari kalangan para sahabat dan para tabi’in tentang tafsiran ayat ini. Beliau kemudian meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas –radhiallahu ‘anhumaa-, beliau berkata :
“Termasuk keimanan mereka adalah jika dikatakan kepada mereka : Siapakah yang menciptakan langit?, siapakah yang menciptakan bumi?, siapakah yang menciptakan gunung?, mereka menjawab : Allah. Namun mereka berbuat kesyirikan” (Tafsir At-Tobari 13/373)
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Ikrimah –rahimahullah- beliau berkata
“Termasuk kemimanan mereka adalah jika dikatakan kepada mereka : Siapakah yang menciptakan langit?, mereka menjawab : Allah. Jika mereka ditanya : Siapakah yang menciptakan kalian?, mereka menjawab : Allah. Padahal mereka berbuat kesyirikan kepada Allah” (Tafsir At-Thobari 13/373)
Ikrimah juga berkata :
“Itulah firman Allah “Jika engkau bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi?, maka mereka akan berkata : Allah” (QS Luqmaan : 25 dan Az-Zumar : 38). Maka jika mereka ditanya tentang Allah dan sifatNya maka mereka mensifati Allah dengan sifat-sifat yang bukan merupakan sifat-sifat Allah, dan mereka menjadikan bagi Allah anak, dan mereka berbuat kesyirikan kepada Allah” (Tafsir At-Thobari 13/373-374)
Ibnu Jarir At-Thobari juga meriwayatkan dengan sanadnya dengan beberapa jalan dari Mujahid -rahimahullah-, diantaranya beliau berkata :
“Keimanan mereka adalah perkataan mereka : Allah pencipta kami dan Yang memberi rizki kepada kami dan mematikan kami. Inilah keimanan (mereka) bersama keyirikan mereka dengan beribadah kepada selain Allah” (Tafsir At-Thobari 13/374)
Ibnu Jarir At-Thobari juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Qotaadah –rahimahullah-, beliau berkata :
“Keimanan mereka ini, (yaitu) tidaklah engkau bertemu dengan seorangpun dari mereka kecuali ia mengabarkan kepadamu bahwasanya Allah adalah Robnya, dan Dialah yang telah menciptakannya dan memberi rizki kepadanya. Padahal dia berbuat kesyirikan dalam ibadahnya” (Tafsir At-Thobari 13/375)
Ibnu Jarir At-Thobari juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam rahimahullah, beliau berkata :
“Tidak seorangpun yang menyembah selain Allah –bersama penyembahannya terhadap Allah- kecuali ia beriman kepada Allah dan mengetahui bahwasanya Allah adalah Robnya, dan Allah adalah penciptanya dan pemberi rizkinya, dan dia berbuat kesyirikan kepada Allah. Tidakkah engkau lihat bagaimana peraktaan Nabi Ibrahim :
قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ (٧٥)أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأقْدَمُونَ (٧٦)فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلا رَبَّ الْعَالَمِينَ (٧٧)
Ibrahim berkata: “Maka Apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena Sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam (QS As-Syu’aroo 75-77)
Nabi Ibrahim telah mengetahui bahwasanya mereka menyembah (juga) Allah bersama dengan penyembahan mereka kepada salain Allah. Tidak seorangpun yang berbuat syirik kepada Allah kecuali ia beriman kepadaNya. Tidakkah engkau lihat bagaimana orang-orang Arab bertalbiah?, mereka berkata : “Kami memenuhi panggilanmu Ya Allah, kami memenuhi panggilanmu, tidak ada syarikat bagiMu, kecuali syarikat milikMu yang Engkau menguasainya dan dia tidak memiliki apa-apa”. Kaum musyrikin Arab dahulu mengucapkan talbiah ini” (Tafsir At-Thobari 13/376)
Maka saya katakan kepada ustadz Abu salafy : Inilah penafsiran sahabat dan para tabi’in –yang sesuai dengan penafsiran syaikh Muhammad bin Abdil Wahhaab-, semuanya sepakat bahwasanya kaum musyrikin mengakui bahwa Allah pencipta mereka dan yang member rizki kepada mereka, maka manakah salaf anda yang menafsirkan sebagaimana penafsiran anda bahwasanya kaum musyrikin tidak mengakui Allah sebagai pencipta dan pemberi rizki kepada mereka??, dan pernyataan mereka bahwasanya Allah pencipta mereka hanyalah di lisan saja dan tidak dihati, mereka menyatakan demikian hanya untuk membela diri????
Pantaskah anda menggelari diri anda Abu Salafy namun anda tidak mengikuti seorang salafpun dalam aqidah??!!. Dalam hal ini anda tidak memiliki seorang salafpun sebagaimana juga dalam aqidah anda Allah tidak di atas juga tanpa salaf. Oleh karenanya saya menganjurkan anda untuk mengganti kunyah anda dengan Abu Kholafy, agar lebih baik dan lebih pas.
PERKATAAN PARA MUFASIR
Pertama : Perkataan Imamnya para mufassir Ibnu Jarir At-Thobari (224 H-310 H), beliau berkata di tafsirnya (18/439)
“Perkataan tentang tafsir firman Allah وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ
Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya) (QS Al-‘Ankabuut : 63)
Allah berkata kepada NabiNya Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- : Jika engkau –wahai Muhammad- bertanya kepada mereka yaitu orang-orang yang muyrik kepada Allah dari kaummu “Siapakah yang menurunkan air dari langit –yaitu air hujan yang Allah turunkan dari awan-, lalu dengan air tersebut Allah menumbuhkan bumi dengan menumbuhkan tumbuhan??…”
Sungguh mereka (kaum musyrikin Arab -red) akan menjawab : Allahlah yang telah melakukan semua itu”…
Maka karena kebodohan mereka, mereka menyangka bahwasanya dengan ibadah yang mereka lakukan kepada sesembahan-sesembahan mereka selain Allah maka mereka akan meraih kedekatan di sisi Allah. Mereka tidak tahu bahwasanya dengan ibadah mereka tersebut menyebabkan kebinasaan mereka, menjadikan mereka kekal di dalam api neraka” (Tafsir At-Thobari 18/439)
Para pembaca yang budiman dari perkataan Ibnu Jarir At-Thobari di atas sangatlah jelas dua perkara;
– Ibnu Jarir menyatakan bahwa kaum musyrikin Arab di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui bahwa Allah-lah yang menurunkan air hujan dan menumbuhkan tanaman di bumi
– Ibnu Jarir menyatakan bahwasanya kesyirikan kaum musyrikin Arab yaitu mereka menjadikan sesembahan-sesembahan mereka sebagai sarana untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Dan sebagaimana telah berlalu nukilan perkataan Ibnu Jarir At-Thobari diatas tatkala menafsirkan QS Yusuf : 106 dimana beliau dengan sangat tegas menjelaskan bahwasanya kaum musyrikin dahulu mengakui bahwasanya Allah adalah pencipta mereka dan pemberi rizki kepada mereka. Bahkan beliau menegaskan bahwa pendapat ini adalah pendapat para ahli tafsir. Dan Ibnu Jarir tidak menyebutkan adanya khilaf diantara para ahli tafsir dalam hal ini. Padahal kebiasaannya Ibnu Jarir jika ada khilaf diantara para ahli tafsir maka ia akan menyebutkannya.
Kedua : Az-Zamakhsyari (467 H-538 H)
Beliau berkata dalam kitab tafsir beliau Al-Kasysyaaf :
“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”. (QS Al-‘Ankabuut : 61)
“Kata ganti (orang ketiga jamak-red) dalam firman Allah ((Jika engkau bertanya kepada mereka)) yang dimaksud adalah penduduk kota Mekah. ((Maka bagaimana mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar))), bagaimana mereka bisa dipalingkan dari bertauhid kepada Allah dan dipalingkan dari tidak berbuat kesyirikan kepada Allah?? Padahal mereka mengakui bahwasanya Allah pencipta langit dan bumi” (Al-Kasyaaf 4/559)
Sangatlah jelas bahwasanya Az-Zamkhsyari menetapkan bahwasanya kaum musyrikin kota Mekah mengakui bahwasanya Allah pencipta langit dan bumi, akan tetapi pengakuan mereka tersebut tidak membuat mereka mentauhidkan Allah dalam uluhiyah (peribadatan).
Ketiga : Al-Fakhr Ar-Roozi (544 H – 604 H)
Beliau berkata dalam tafsiir beliau:
“Kemudian Allah berfirman ‘Maka bagaimana mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)’ yaitu mereka (kaum musyrikin-red) mengakui hal ini (bahwasanya Allah maha pencipta-red) maka bagaimana mereka bisa dipalingkan dari peribadatan kepada Allah?. Padahal barangsiapa yang mengetahui keagungan Allah maka wajib baginya untuk tunduk kepadaNya, dan tidak ada keagungan yang lebih tinggi dari keagungan Pencipta langit dan bumi” (Mafaatiihul Goib (tafsiir ar-Roozi) 25/90)
Keempat : Imam Al-Qurtubi (wafat 671 H)
Beliau berkata ;
“Firman Allah “Jika engkau bertanya kepada mereka : Siapakah yang menurunkan air dari langit” yaitu hujan yang turun dari awan, “Lalu Allah menghidupkan bumi dengan air tersebut setelah matinya bumi” yaitu musim kemarau dan kering ??, maka “mereka benar-benar akan berkata Allah”. Yakni jika kalian mengakui hal ini maka kenapa kalian berbuat syirik kepada Allah dan mengingkari pengembalian (yaitu Allah menghidupkan kembali mayat-mayat dari kuburan mereka pada hari kiamat kelak-red)?? …” (Tafsir Al-Qurthubi atau Jaami’ Li Ahkaamil Qur’aan 16/387)
Dari perkataan Al-Qurtubi di atas sangatlah jelas dua perkara ;
– Imam al-Qurthubi menyatakan bahwasanya kaum musyrikin mengakui bahwasanya Allah-lah yang telah menurunkan air hujan.
– Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwasanya pengakuan mereka ini dijadikan dalil oleh Allah untuk melazimkan mereka untuk beriman kepada tauhid ululhiyah (yaitu dengan tidak berbuat kesyirikan) dan melazimkan mereka untuk beriman dengan hari kiamat, dimana Allah mampu untuk menghidupkan kembali mayat-mayat dari kuburan mereka.
Kelima : Abu Hayyaan Al-Andalusi (wafat 745 H)
Beliau rahimahullah berkata :
“Dan tatkala Allah mengabarkan bahwasanya mereka mengakui bahwasanya pencipta alam semesta, pengatur matahari dan bulan, dan yang menghidupkan bumi setelah matinya adalah Allah maka pengakuan mereka itu melazimkan (memberikan konsekuensi) kepada mereka (untuk mengakui-red) bahwasanya pemberi rizki kepada para hamba adalah hanyalah Allah, Dialah yang menanggung rizki para hamba. Dan Allah memerintahkan Rasulullah untuk memuji Allah karena pada pengakuan mereka tersebut yaitu mentauhidkan Allah dalam penciptaan dan tidak adanya syarikat bagi Allah dalam penciptaan maka hal itu merupakan hujjah untuk membantah mereka. Karena mereka menyandarkan hal tersebut (penciptaan) kepada Allah namun mereka menyembah berhala.
“Dan kebanyakan mereka tidak berakal” karena mereka mengakui Allah sang pencipta dan yang menghidupkan akan tetapi mereka menyembah selain Allah” (Tafsir Al-bahr Al-Muhiith 7/154)
Pernyataan Abul Hayyaan Al-Andalusi rahimahullah di atas jelas menunjukan bahwa :
– Beliau menyatakan bahwa kaum musyrikin mengakui bahwasanya Allah satu-satunya pencipta, bahkan Abul Hayyan menegaskan bahwasanya mereka kaum musyrikin mentauhidkan Allah dalam penciptaan
– Beliau menyatakan bahwa pengakuan kaum musyrikin ini merupakan hujjah yang menjadi bumerang untuk membantah mereka sendiri agar mereka meninggalkan penyembahan berhala.
Keenam : Ibnu Katsiir (774 H)
Beliau berkata tatkala menafsirkan firman Allah QS Al-‘Ankabuut :61:
“Karena orang-orang musyrik –yang menyembah Allah dan juga selain Allah- mengakui bahwasanya Allah bersendirian dalam menciptakan langit dan bumi, matahari dan bula, pengaturan malam dan siang, dan mereka mengakui bahwasanya Allah adalah Maha Pencipta dan Maha Pemberi bagi hamba-hambaNya…
Jika perkaranya demikian maka kenapa menyembah selain Allah?, kenapa bertawakal kepada selainNya?. Sebagaimana Allah Maha Esa dalam kerajaanNya maka hendaknya Allah juga Maha Esa di dalam penyembahanNya.
Sering kali Allah menetapkan uluhiyyahNya dengan (berdalil dengan) pengakuan (kaum musyrikin) tehadap rububiyyahNya. Kaum musyrikin Arab mengakui rububiyyah Allah, sebagaimana mereka berkata dalam talbiyah mereka : “Kami memenuhi panggilanMu Ya Allah, tidak ada syarikat bagimu, kecuali syarikat milik-Mu yang Engkau memilikinya dan dia tidak memiliki apa-apa” (Tafsiir Al-Qur’aan Al-‘Adziim 10/528)
Demikianlah para pembaca budiman nukilan dari perkataan para ahli tafsiir. Sangatlah jelas bahwasanya mereka seluruhnya bersepakat dalam:
– Bahwasanya kaum musyrikin Arab mengakui keesaan Allah dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta
– Pengakuan mereka tersebut (mereka mentauhidkan Allah dalam rububiyyah) seharusnya menjadikan mereka bertauhid kepada Allah dalam uluhiyyah (peribadatan)
Namun anehnya Abu Salafy mengesankan bahwasanya ada ulama Islam yang mendukung pendapatnya bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengakui keesaan Allah dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta. Abu Salafy berkata ((Sementara itu pernyataan mereka itu bisa saja mereka sampaikan dalam rangka membela diri di hadapan hujatan tajam Al Qur’an, bukan muncul dari i’tiqâd dan keimanan. Sebab jika benar keyakinan mereka itu, pastilah meniscayakan mereka menerima keesaan Allah dan karasulan Nabi Muhammad saw. serta konsistensi dalam menjalankan berbagai ibadah yang diajarkannya. Karenanya, Allah SWT memerintah Nabi-Nya agar mengingatkan mereka akan konsekuansi dari apa yang mereka nyatakan itu; Maka katakanlah: ”Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).” dan. Katakanlah: ”(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu.”?!
Seakan Allah SWT mengecam mereka bahwa mereka bebohong dalam apa yang mereka nyatakan dengan lisan mereka! Dan sesungguhnya mereka tidak beriman kepada Allah sebagai Dzat Maha Pencipta, Khâliq, Maha Pemberi rizki, Râziq. Sementara pada waktu yang sama mereka juga tidak dapat memngatakan bahwa berhala-berhala sesembahan mereka itulah yang menciptakan langit dan bumi.
Demikian sebagian ulama Islam memahami ayat-ayat di atas))
Maka saya ingin bertanya manakah ulama Islam yang berpemahaman seperti pemahaman Abu Salafy ini?? Mana ahli tafsir yang berpemahaman seperti pemahaman Abu Salafy ini?? Apalagi dari kalangan salaf??
Hal ini semakin membuktikan bahwasanya gelar Abu salafy hendaknya diganti dengan Abu Kholafi, dan juga semakin menegaskan bahwasanya Abu Kholafy memang tidak segan-segan untuk melakukan tipu muslihat kepada kaum muslimin dengan mengesankan bahwasanya pemahamannya ini merupakan pemahaman ulama Islam. Wallahul Musta’aaan.
Abu Salafy juga mengesankan kepada kaum muslimin bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengenal Allah sama sekali. Maka untuk memperhalus tipu muslihatnya ini maka sang ustadz Abu salafy membawakan firman Allah yaitu :
وَ إِذا قيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمنِ قالُوا وَ مَا الرَّحْمنُ أَ نَسْجُدُ لِما تَأْمُرُنا وَ زادَهُمْ نُفُوراً
“Dan apabila dikatakan kepada mereka:” Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang”, mereka menjawab:” Siapakah Ar-Rohmaan itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya )”?, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman ).” (QS. Al Furqan [25];60
Ustadz Abu Salafy berkata : ((Bahkan dzahir dari ayat di atas ini jelas sekali bahwa mereka tidak mau sujud selain kepada arca dan berhala mereka, dan hanya berhala-berhala itu yang mereka yakini sebagai tuhan dan tiada tuhan selainnya!)) (lihat http://abusalafy.wordpress.com/2008/02/24/kitab-kasyfu-asy-sybubuhat-doktrin-takfir-wahhabi-paling-ganas2/
Ini merupakan tipu muslihat Abu Salafy yang licik. Karena ayat tersebut paling banter –sebagaimana disalah pahami oleh sebagian orang- hanya menunjukan bahwasanya kaum musyrikin mengingkari nama penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan, bukan mengingkari wujud Allah??!!. Tidak seorang mufassir pun yang memahami bahwasanya ayat ini menunjukan bahwasanya kaum musyrikin mengingkari wujud Allah –sebagaimana yang dipahami oleh Abu Salafy-
Adapun persangkaan bahwa ayat ini menunjukan kaum musyrikin mengingkai penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan maka telah dibantah oleh Imamnya para ahli tafsiir Ibnu Jariir At-Thobari, beliau berkata :
“Sebagian orang dungu menyangka bahwasanya orang-orang Arab tidak mengetahui Ar-Rohmaan dan kalimat Ar-Rohman tidak terdapat dalam bahasa mereka, karenanya kaum musyrikin berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ((Siapakah Ar-Rohmaan itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya )”?,)) QS Al-Furqoon : 60, (mereka mengatakan demikian –red) karena mereka mengingkai nama ini. Seakan-akan merupakan hal yang mustahil menurut orang dungu ini kalau kaum musyrikin mengingkari sesuatu yang mereka tahu akan kebenarannya. Atau seakan-akan orang dungu ini tidak membaca firman Allah ((Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepada mereka (yaitu orang-orang yahudi-red) mengetahuinya)) yaitu mengetahui (kebenaran) Nabi Muhmmad, namun meskipun demikian mereka mendustakannya dan menolak kenabiannya. Maka dari sini diketahui bahwasanya mereka (kaum musyrikin Arab) terkadang menolak apa yang mereka telah tahu kebenarannya dan telah jelas diketahui oleh mereka” (Tafsiir At-Thobari 1/130)
Bantahan Ibnu Jarir At-Thobari ini semakin ditegaskan oleh Imam Ibnu Katsiir, dimana beliau berkata :
“Sebagian orang menyangka bahwasanya kaum Arab tidak mengetahui Ar-Rahmaan hingga akhirnya Allah membantah mereka dengan firmannya : “Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)”. Oleh karenanya tatkala peristiwa Hudaibiyah tatkala Rasulullah shllallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Ali : “Tulislah Bismillahirrohmaanirrohiim!”, maka kaum Quraisy berkata : “Kami tidak mengetahui Ar-Rohmaan dan juga Ar-Rohiim” (Diriwayatkan oleh Bukhari). Dalam riwayat yang lain (mereka berkata) : “Kami tidak mengetahui Ar-Rohmaan kecuali Rohmaannya Yamaamah (yaitu Musailamah Al-Kadzaab-red).
Allah berfirman “Dan apabila dikatakan kepada mereka:” Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang”, mereka menjawab:” Siapakah Ar-Rohmaan itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya )”?, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman ).
Yang dzohir bahwasanya pengingkaran mereka ini (terhadap Ar-Rohmaan-red) hanyalah sikap membangkang dan ngeyel semata dalam kekufuran mereka, karena terdapat dalam sya’ir sya’ir jahiliyah mereka penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan” (Tafsiir Al-Quraan Al-‘Adziim 1/199)
Dari penjelasan Ibnu Jarir dan Ibnu Katsiir diatas jelas bahwasanya yang diingkari oleh kaum musyrikin adalah penamaan Allah dengan Ar-Rohman, bukan wujudnya Allah.
Dan pengingkaran mereka itu hanyalah karena sikap ngeyel, bukan karena mereka tidak mengetahui nama Ar-Rohmaan. Kalau orang yang menyangka bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak tahu penamaan Allah dengan Ar-Rohmaan telah dicap “Orang dungu” oleh Ibnu Jariir, maka bagaimana lagi orang yang menyangka bahwasanya kaum musyrikin Arab tidak mengetahui wujudnya Allah…??? (sebagaimana yang disangkakan oleh Abu Salafy, sehingga tidak ada tuhan bagi mereka kecuali arca-arca dan berhala-berhala mereka), maka entah cap apa yang akan diberikan oleh Ibnu Jariir At-Thobari??!!
DALIL-DALIL YANG MENUNJUKAN BAHWASANYA KAUM MUSYRIKIN ARAB MENGAKUI RUBUBIYYAH ALLAH
Terlalu banyak dalil yang menunjukan bahwasanya kaum musyrikin Arab mengakui dan meyakini tauhid Rububiyyah, bahwasanya Allahlah yang menciptakan alam semesta dan yang mengatur alam semesta, yang member rizki, yang menghidupkan dan mematikan.
Pertama : Dalil-dalil yang menunjukan bahwasanya ketika mereka ditanya siapakah yang mengatur alam semesta maka dengan serta merta mereka menjawab Allah-lah yang mengatur semuanya. Diantara dalil-dalil tersebut adalah ayat-ayat berikut ini :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (٦١)اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٦٢)وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ (٦٣)
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (QS Al-‘Ankabuut 61-63)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”. Katakanlah : “Segala puji bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Luqmaan : 25)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (QS Az-Zumar 38)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS Az-Zukhruf ; 9)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, Maka Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?, (QS Az-Zukhruf : 87)
Kedua : Mereka juga berdoa kepada Allah. Tentu saja ini merupakan dalil yang kuat bahwasanya mereka mengakui bahwasanya Allah adalah Tuhan mereka. Bahkan tatakala dalam keadaan terdesak mereka ikhlas beribadah kepada Allah. Diantara dalil-dalil yang menunjukan hal itu adalah :
Firman Allah
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) (QS Al-‘Ankabuut : 65)
Ibnu Jarir berkata :
“Allah berfirman : jika mereka kaum musyrikin naik kapal di laut dan mereka takut tenggelam dan binasa di laut maka merekapun berdoa kepada Allah dengan ikhlas. Mereka mengikhlaskan tauhid kepada Allah tatkala dalam keadaan terdesak yang menimpa mereka. Merekapun mengesakan ketaatan hanya kepada Allah, dan mereka tunduk beribadah kepada Allah, mereka tidak beristigotsah kepada sesembahan-sesembahan mereka, akan tetapi mereka beristigotsah kepada Allah yang telah menciptakan mereka. ((Tatkala Allah menyelamatkan mereka ke darat)) yaitu tatkala Allah menghilangkan kesulitan mereka dan menyelamatkan sehingga akhirnya mereka tiba di darat ternyata mereka kembali menjadikan syarikat bagi Allah dalam beribadah, dan mereka selain berdoa kepada Allah juga berdoa kepada sesembahan-sesembahan mereka dan berhala-berhala mereka” (Tafsiir At-Thobari 18/441)
Al-Qurthubi berkata :
“Maka jika mereka di lautan” yaitu di atas kapal dan mereka takut tenggelam maka mereka berdoa kepada Allah dengan ikhlas, meluruskan niat mereka dan meninggalkan peribadatan kepada berhala dan meninggalkan berdoa kepada berhala-berhala. Tatkala Allah menyelamatkan mereka ke darat mereka kembali berbuat kesyirikan yaitu mereka berdoa kepada Allah dan juga kepada selain Allah” (Tafsir Al-Qurthubi 16/388)
Ketiga : Kaum musyrikin juga beribadah kepada Allah. Tentunya hal ini menunjukan bahwa mereka mengakui Allah sebagai Tuhan mereka. Kaum musyrikin juga melakukan ibadah haji. Meskipun ibadah haji mereka bercampur dengan keyirikan dan bid’ah akan tetapi mereka berhaji kepada Allah. Oleh karenanya talbiyah mereka menunjukan akan pengakuan mereka akan keesaan Allah dalam rububiyyah. Ibnu Abbaas berkata
كَانَ الْمُشْرِكُونَ يَقُولُونَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ – قَالَ – فَيَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَيْلَكُمْ قَدْ قَدْ ». فَيَقُولُونَ إِلاَّ شَرِيكًا هُوَ لَكَ تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ. يَقُولُونَ هَذَا وَهُمْ يَطُوفُونَ بِالْبَيْتِ
“Dahulu kaum musyrikin berkata: “Labbaik laa syariika laka” (Kami memenuhi panggilanmu Ya Allah, tidak ada syarikat bagiMu”. Maka Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata, “Celaka kalian, sudah cukup-cukup (yaitu jangan disambung lagi-red)”. Maka kaum musyrikinpun berkata (menyambung talbiah mereka-red) : “Kecuali syarikat yang merupakan milikMu, Engkau memilikinya dan dia tidak memiliki apa-apa”. Mereka mengucapkan ini tatkala mereka towaf di ka’bah” (HR Muslim no 2872)
Keempat : Banyak orang-orang Arab yang bernama Abdullah sebelum dilahirkannya Nabi Muhammad shallaallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya adalah ayah Nabi yang bernama Abdullah. Dan Abdullah artinya hamba Allah, maka hal ini menunjukan mereka sudah mengenal Allah meskipun belum lahir Nabi Muhammad.
Kesimpulan :
Dari penjelasan di atas maka sungguh aneh sekali tatkala Abu Salafy menyatatakan bahwa pengakuan kaum musyrikin terhadap rububiyyah Allah –sebagaimana dalam al Qur’aan- bahwasanya Allah yang telah menciptakan alam semesta dan mencipta mereka serta member rizki kepada mereka, hanyalah dalam rangka untuk membela diri saja, padahal mereka tidak mengakui hal ini.
Pernyataan Abu salafy ini menyelisihi tafsir para salaf dan menyelisihi perkataan para ahli tafsiir, serta menyelisihi dalil yang sangat banyak baik dalam Qur’aan maupun hadits-hadits.
Selain itu pernyataan Abu Salafy ini juga aneh ditinjau dari banyak sisi, diantaranya :
– Kalau mereka hendak membela diri tentunya dengan sangat mudah mereka akan mengatakan bahwa bukan Allah pencipta kami maka selesai perkaranya
– Anehnya Allah banyak menyebutkan ayat-ayat seperti ini –yang menjelaskan pengakuan kaum musyrikin terhadap rububiyyah Allah- dalam Al-Qur’an dan tidak sekalipun Allah menyebutkan dan menjelaskan bahwasanya perkataan mereka tersebut hanya untuk membela diri. Bukankah tatkala Allah menyebutkan perkataan orang-orang munafiq yang dusta maka Allah menjelaskan bahwasanya perkataan mereka tersebut dusta dan bertentangan dengan keyakinan mereka. Dan hal ini banyak dalam al Qur’an. Maka jika seandainya pengakuan kaum musyrikin tersebut hanyalah dusta maka tentu akan dijelaskan oleh Allah meskipun hanya sekali.
– Dan anehnya lagi Allah banyak menyebutkan ayat-ayat seperti ini dalam rangka untuk menjelaskan kebodohan kaum musyrikin karena mereka telah mengimani rububiyyah lantas kenapa tidak beriman dengan uluhiyyah. Kalau ternyata pernyataan kaum musyrikin tersebut hanyalah kebohongan mereka maka terbatallah hujjah yang Allah sebutkan ini dan tidak ada faedahnya.
– Lantas kenapa kaum musyrikin harus membela diri mereka, sementara mereka dalam keadaan kuat tatkala Rasulullah berada di fase Mekah. Karena ayat-ayat tersebut merupakan ayat-ayat Makkiyyah
Bersambung….
Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 04 Dzul Hijjah 1431 H / 10 November 2010 M
Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
Artikel: www.firanda.com